ABSTRAK
Salah satu penyebab terjadinya bau badan terutama pada ketiak adalah bakteri
Staphylococcus aureus. Daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) diketahui mengandung
senyawa flavonoid yang mempunyai mekanisme kerja sebagai antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat formulasi sediaan deodoran roll on menggunakan ekstrak daun
waru (Hibiscus tiliaceus L.) pada konsentrasi 3%, 5%, 8% untuk mengetahui zona hambat
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Daun waru diekstraksi menggunakan metode
maserasi kemudian diformulasikan menjadi sediaan deodoran roll on. Pengujian
deodoran roll on ekstrak daun waru meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji
iritasi kulit, uji viskositas dan uji aktivitas antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sediaan yang mengandung ekstrak etanol daun waru memiliki bentuk cairan
kental, bau khas ekstrak dan berwarna coklat. Data hasil uji pH dianalisis menggunakan
Kruskal Wallis menunjukkan bahwa hasil sig >0,05. Hasil uji viskositas dan uji
antibakteri menunjukkan hasil sig <0,05. Uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil pengujian antibakteri menunjukkan bahwa
sediaan deodoran roll on ekstrak daun waru memiliki daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus rata-rata F1 3% sebesar 13,05 mm, FII 5% sebesar 15,57 mm dan
FIII 8% sebesar 18,01 mm. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya konsentrasi
ekstrak etanol daun waru menyebabkan bertambahnya zona hambat terhadap bakteri.
Kata Kunci: Daun waru, Deodoran roll on, Antibakteri, Staphylococcus aureus
Indonesia merupakan negara tropis yang disinari matahari, sehingga
berkeringat tidak dapat dihindari. Seseorang mengeluarkan keringat yang
berlebihan dapat menimbulkan masalah, seperti halnya bau badan yang kurang
sedap. Bau badan yang tidak sedap dapat mengganggu aktivitas seseorang, oleh
karena itu kebersihan dan bau badan merupakan hal utama dalam penampilan
seseorang (Lase, 2015).
Bau badan terjadi karena kurang menjaga kebersihan badan dan terdapat
bakteri yang mampu menguraikan keringat menjadi zat yang berbau kurang sedap.
Biasanya bau badan manusia berasal dari kelenjar apokrin. Kelenjar apokrin
mampu mengeluarkan sebagian besar senyawa kimia yang diperlukan oleh flora
kulit sehingga menghasilkan bau (Lundstrom dan Olsson, 2010). Beberapa bakteri
yang dapat menyebabkan bau badan yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Corynebacterium acne (difteroid), Pseudomonas aeruginosa, dan
Streptococcus pyogenes (Endarti et al., 2004). Staphylococcus mampu mengubah
asam amino tertentu menjadi asam lemak volatil rantai pendek yang sangat
berbau, yaitu asam isovalerik yang berperan pada bau ketiak (Siskawati et al.,
2014).
Masalah bau badan dapat diatasi dengan menjaga kebersihan tubuh secara
teratur dan pemakaian sediaan topikal khusus seperti deodoran.Deodoran adalah
sediaan kosmetika yang mengandung antiseptik untuk menahan atau mengurangi
dekomposisi bakteri sehingga dapat mengontrol bau badan (Sitompul,
2015).Bentuk deodoran roll on sangat disukai karena memiliki kelebihan seperti
mudah dan praktis digunakan, mudah dibawa kemana-mana serta terasa nyaman
karena tidak terasa basah di kulit ketiak.
Kosmetik dapat dibuat dari bahan herbal maupun bahan sintesis, bahan
herbal relatif lebih aman digunakan untuk kosmetik daripada bahan sintetis. Salah
satu bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah tanaman waru
(Hibiscus tiliaceus L.). Tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) sangat banyak dan
mudah ditemukan di Indonesia. Daunnya belum banyak dimanfaatkan hanya
dibiarkan gugur begitu saja, padahal daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) memiliki
kandungan senyawa fitokimia yaitu saponin, flavonoid, polifenol dan tanin.
Polifenol dan turunannya banyak dikenal memiliki efek antibakteri (Lusiana et al.,
2013).