Pembelajaran Kreatif yaitu pembelajaran yang
mendorong siswa untuk melakukan proses pembelajaran yang kreatif. Pembelajaran
kreatif yaitu pembelajaran yang membangun kreatifitas peserta didik dalam
berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar dan sesama peserta didik, utamanya dalam
menghadapi tantangan atau tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran
(Yuliani, 2013). Pelaksanaan
pembelajaran kreatif dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat,
belajar dengan melakukan (learning by doing), menggunakan banyak metode yang
disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok.
Student Team
Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdiri
dari beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang
berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak
hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan
gender, ras, dan etnis (Huda,
2013). STAD terdiri atas lima komponen utama: presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individual, dan pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 2005).
Agar hasil yang
diperoleh dalam pembelajaran STAD lebih optimal perlu adanya penunjang berupa
media pembelajaran, media yang digunakan harus dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif, motivasi serta mengurangi rasa jenuh pada siswa, dalam
penelitian ini media yang digunakan adalah media teka-teki silang
(TTS). Teka-teki silang (TTS) adalah susunan kotak-kotak yang diberi nomor
yang diisi dengan kata-kata, setiap kotak diisi satu huruf sehingga membentuk
suatu kata yang ditempatkan secara “mendatar” dan “menurun”. Penggunaan teka
teki silang dalam pembelajaran ini akan mengurangi rasa jenuh yang dialami
siswa ketika terlibat dalam proses belajar mengajar karena siswa akan merasakan
suasana yang berbeda ketika belajar.Selain itu mengisi teka-teki silang atau
biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain juga berguna
untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk
pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat
karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan
kata, maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta
didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya
berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja (Hidayati, 2012).
Penggabungan
model pembelajaran STAD dengan media TTS dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa serta mempengaruhi proses belajar siswa.
Penggunaan media teka-teki silang sebagai media belajar yang diterapkan sesuai
dengan langkah-langkah dari model pembelajaran STAD. Pada model
pembelajaran STAD langkah guru menyusun dan mengembangkan konsep materi sebelum
pembelajaran dimulai merupakan langkah baik dan cukup tepat untuk dapat mendukung
kelancaran proses pembelajaran. Di samping itu dengan adanya kuis individu
menuntut pemahaman materi secara mandiri, karena keberhasilan kelompok
bergantung pada skor tiap anggotanya, dan dengan adanya penghargaan menjadikan
siswa lebih termotivasi untuk belajar (Sugiharti, 2013).
TTS diberikan
sebagai bahan diskusi pada kegiatan inti dalam model pembelajaran STAD
merupakan salah satu kegiatan mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk
kotak-kotak) dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata berdasarkan
petunjuk atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Petunjuk dalam pengisian
TTS biasanya dibagi kedalam kategori “mendatar” dan “menurun”. Mengisi
teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat
mengasikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain
itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Maka
sangat sesuai kalau dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan
dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa
pertanyaan-pertanyaan baku saja. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam menjawab soal karena terdapat unsur permainan,
meningkatkan kerjasama yang sehat antar siswa, merangsang siswa untuk berpikir
kritis dan kreatif serta memacu siswa untuk lebih teliti dalam mengerjakan soal
sehingga dapat menigkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa
(Hidayati, 2012)